Senin, 09 Agustus 2010

ASAL USUL DESA MANDIRANCAN

Beradasarkan keterangan-keterangan dari sesepuh desa bahwa desa mandirancan berasal dari kata mandi (matih, ampuh) dan rancan (rencana) ada pula yang berpendapat bahwa mandi ( kolam tempat mandi)

Jadi mandirancan berarti :

- Desa yang mempunyai rencana yang matih/ ampuh dan dapat dilaksanakan dengan baik

- Kolam tempat mandi yang matih untuk kekebalan/kesaktian

Kedua perktaan tersebut mendekati kebenaran dengan alasan sebagi berikut :

Pendapat pertama

1. Semenjak desa mandirancan berdiri semua orang yang bermaksud jahat terhadap masyarakat / penduduk desa selalu mengalami kegagalan.

2. Tiap-tiap pencuri yang melakuakn pencurian didesa mandirancan akhirnya tertyangkap juga.

Kalau tidak tertangkap ia mengalami kegagalan (apes bahasa sunda)

Keterangan tersebut juga dibuktikan yaitu ketika aksi polisi belanda ke I-II tahun 1947-1949, desa mandirancan diduduki oleh markas belanda dan merupakan pos aliran air ledeng dari desa paniis ke kota cirebon.

Pada saat itu penduduk umumnya ada di pihak gerilyawan, berulang ulang markas belanda yang berada di desa mandirancan di serang oleh oihak gerilyawan,namun tidak membawa hasil . pernah terjadi peluru granat yang di lemparkan didepan markas tersebut tidak meledak, peluru mortir yang jatuh di salah satu rumahpun tidak meledak. Sebelum renfil serangan pihak gerilyawan tidak membawakan hasil karena kedua belah pihak gerilyawan tidur di kebun-kebun pinggir desa.

Sebelum Cease Fire tahun 949, gerilyawan secara serentak melakukan serangan fajar, tetapi tidak berhasil.

Pada tahun 1956 di Mandirancan ada yang bertugas satu Kompi Mobrig Jon 5118 bertempat di balai desa pernah mengalami serangan dari gerombolan DI Kartosuwiryo, mereka menyerang dari sebelah timur ± jarak 10 meter, inipun menemui kegagalan, dan pada tahun 1959 gerombolan DI Kartosuwiryo mengalami kehancuran.

Adapumn Rancan yang artinya Rencana menurut keterangan dari orang tua bagi segala rencana dapat di laksanakan dengan baik.

Pendapat kedua

Mandi yaitu tempat mandi di kampung cibarong blok pon desa mandirancan disana terdapat mata air yang jernih yang sampai sekarang rami di pakai tempat mandi oleh masyarakat setempat.

Kata rancana brasal dari kata ranca yang artinya rawa. Kemungkinan dahulu pernah ada orang yang telah mandi diranca, akhirnya kalimat tersebut sampai sekarang menjadi nama desa.

Menurut keterangan orang tua dahulu banyak ahli tarak (tapa), karena biasa (adat) main ujungan. Ahli-ahli tersebut melakuakan mandi di malam hari untuk menambah kekebalan dan kekuatannya/kesaktiannya. Tempat-tempat mandi yaitu yang digunakan yaitu di 7 (tujuh) muara yang ada di desa dan di luar desa.

Berdasarkan penghuni desa yang pertama, yang mula-mula membuat saluran-saluran air, jalan-jalan desa dan sebagainya yaitu :

Buyut Neke dengan Buyut Dukuh.

Akhirnya datang pula pendatang dari luar desa, yaitu dari daerah cirebon yaitu Buyut Tumenggung Kuning yang bergelar tunggal Kadu yang kemudian menjadi mantu Buyut Neke. Dari pernikahannya melahirkan buyut tanjung kemuning, dan karena kesaktiannya maka ia mendapat gelar Buyut Sirnabaya, dan Buyut Sirnabaya itu mempunyai seorang pembantu laki laki dari luar desa (sindang laut) yang samapi sekarang di sebut Buyut Lurah (panakawan-bhsa jawa), nama buyut lurah mashur sampai sekarang sehingga kuburannya dipelihara dengan baik.

Menururt keterangan bahwa buyut lurah pernah diutus puraga (piket) ke mataram,dan pada jaman sultan agung ia pernah di suruh mengambil air, air tersebut diambil dengan dipikul memakipikulan cerangka rumput. Karena kesaktiannya ia di suruh pulang ke Mandirancan dengan membawa tanda jasa.

Selain Buyut Lurah ada lagi orang yang dianggap kuat diantaranya :

- Buyut sabuk Halu

- Buyut gugur panadah

- Buyut Karti

- Buyut sajidin dll.

Buyut sirnabaya mempunyai seorang gadis yang cantik, dan karena kecantikannya itu ia mempunyai mantu Sultan Cirebon. Di desa Mandirancan di buatnya sebidang kebun yang sampai sekarang disebut kebon Dalem yang terletak disebelah Timur desa, dan sebidang tanah yang dijadikan patamanan dalem seluas 1 Ha, tanah tersebut sampai sekarang disebut “Patoman” yang terletak disebelah Tenggara desa.

Dari pernikahan putri sirnabaya dengan sultan Cirebon tersebut desa Mandirancan menjadi mashur dan mendapat julukan Cirebon tua, dan ada kemungkinan dinamakan Cirebon tua karena saat itu terjadi (ada sebuah nangka) yang masak jatuh ke sebuah sumur, dan nangka tersebut tidak dapat dipotong dengan pisau atau golok. Nangka tersebut oleh para penguasa setepat diserahkan kepada Dalem Cirebon.

Sumur itu disebut sumur kejayaan atau sumur bandung yang sekarang tertutup dengan sebuah batu. Sumur tersebut dapat terbuka dengan sendirinya bagi orang yang kewenean (bahasa sunda). Sumur itu terletak di pinggir sungai cipager.

Pada tahun ± 1961 Batalyon 325 bertugas di desa Mandirancan, pernah ada seorang prajurit berpangkat Kopral namanya itu Bapak Sadja, ia dengan disertai oleh seorang pemuda desa pada suatu malam berkunjung ketempat tersebut, pada malam itu pula ia melihat 3 buah batu ali, diantaranya: merah delima, djamrud dan jaman.

Batu-batu tersebut dengan mudah diangkat dengan maksud tidak akan memilikinya, kalau batu itu ingin dimilikinya, maka batu ali tersebut tidak terangkat. Sebelum batu-batu tersebut terangkat terlebih dahulu muncul godaan-godaan yang bermacam-macam ririwa (memedi dalam bahasa jawa).

Menurut keterangan orang tua bahwa besok lusa desa Mandirancan akan dijadikan tempat kegiatan pemerintahannya. Keterangan tersebut terbukti pada tahun 1941 jaman bala tentara Dai Nipon mendarat, saat itu masyarakat kota Cirebon dipimpin oleh L.B.D mengungsi ke desa Mandirancan, juga terjadinya pemerintahan Inspektur wilayah III Cirebon, jawatan-jawatan perusahaan negara, lembaga Nifo keresidenan Cirebon melakukan kegiatan-kegiatan pemerintahannya di desa Mandirancan selama ± 1 bulan, yaitu pada bulan Oktober-November 1969, ketika adanya Fiel test Gala Yuda Angkatan Darat, dan desa Mandirancan dijadikan daerah pangkalan pemerintahan Inspektur wilayah III Cirebon.

Pada saat itu masyarakat desa ikut aktif melaksanakan “perata” (perang rakyat semesta) yang disaksikan oleh para tamu dari luar dan dalam negeri.

Dengan terbuktinya keterangan-keterangan yang biasa diceritakan oleh orang-orang tua, maka warga masyarakat desa semakin cinta terhadap desa yang merupakan tumpah darahnya.

Karena jasa-jasa buyut Sirnabaya, masyarakat desa membentuk satu kesatuan olah raga dan kesatuan siswa dengan memakai nama sirnabaya, yaitu:

- Olahraga desa Mandirancan “Sirna Baya”

- Ikatan Pelajar Mandirancan “Sirna Baya”Beradasarkan keterangan-keterangan dari sesepuh desa bahwa desa mandirancan berasala dari kata mandi (matih, ampuh

Jadi mandirancan berarti :

- Desa yang mempunyai rencana yang matih/ ampuh dan dapat dilaksanakan dengan baik

- Kolam tempat mandi yang matih untuk kekebalan/kesaktian

Kedua perktaan tersebut mendekati kebenaran dengan alasan sebagi berikut :

Pendapat pertama

1. Semenjak desa mandirancan berdiri semua orang yang bermaksud jahat terhadap masyarakat / penduduk desa selalu mengalami kegagalan.

2. Tiap-tiap pencuri yang melakuakn pencurian didesa mandirancan akhirnya tertyangkap juga.

Kalau tidak tertangkap ia mengalami kegagalan (apes bahasa sunda)

Keterangan tersebut juga dibuktikan yaitu ketika aksi polisi belanda ke I-II tahun 1947-1949, desa mandirancan diduduki oleh markas belanda dan merupakan pos aliran air ledeng dari desa paniis ke kota cirebon.

Pada saat itu penduduk umumnya ada di pihak gerilyawan, berulang ulang markas belanda yang berada di desa mandirancan di serang oleh oihak gerilyawan,namun tidak membawa hasil . pernah terjadi peluru granat yang di lemparkan didepan markas tersebut tidak meledak, peluru mortir yang jatuh di salah satu rumahpun tidak meledak. Sebelum renfil serangan pihak gerilyawan tidak membawakan hasil karena kedua belah pihak gerilyawan tidur di kebun-kebun pinggir desa.

Sebelum Cease Fire tahun 949, gerilyawan secara serentak melakukan serangan fajar, tetapi tidak berhasil.

Pada tahun 1956 di Mandirancan ada yang bertugas satu Kompi Mobrig Jon 5118 bertempat di balai desa pernah mengalami serangan dari gerombolan DI Kartosuwiryo, mereka menyerang dari sebelah timur ± jarak 10 meter, inipun menemui kegagalan, dan pada tahun 1959 gerombolan DI Kartosuwiryo mengalami kehancuran.

Adapumn Rancan yang artinya Rencana menurut keterangan dari orang tua bagi segala rencana dapat di laksanakan dengan baik.

Pendapat kedua

Mandi yaitu tempat mandi di kampung cibarong blok pon desa mandirancan disana terdapat mata air yang jernih yang sampai sekarang rami di pakai tempat mandi oleh masyarakat setempat.

Kata rancana brasal dari kata ranca yang artinya rawa. Kemungkinan dahulu pernah ada orang yang telah mandi diranca, akhirnya kalimat tersebut sampai sekarang menjadi nama desa.

Menurut keterangan orang tua dahulu banyak ahli tarak (tapa), karena biasa (adat) main ujungan. Ahli-ahli tersebut melakuakan mandi di malam hari untuk menambah kekebalan dan kekuatannya/kesaktiannya. Tempat-tempat mandi yaitu yang digunakan yaitu di 7 (tujuh) muara yang ada di desa dan di luar desa.

Berdasarkan penghuni desa yang pertama, yang mula-mula membuat saluran-saluran air, jalan-jalan desa dan sebagainya yaitu :

Buyut Neke dengan Buyut Dukuh.

Akhirnya datang pula pendatang dari luar desa, yaitu dari daerah cirebon yaitu Buyut Tumenggung Kuning yang bergelar tunggal Kadu yang kemudian menjadi mantu Buyut Neke. Dari pernikahannya melahirkan buyut tanjung kemuning, dan karena kesaktiannya maka ia mendapat gelar Buyut Sirnabaya, dan Buyut Sirnabaya itu mempunyai seorang pembantu laki laki dari luar desa (sindang laut) yang samapi sekarang di sebut Buyut Lurah (panakawan-bhsa jawa), nama buyut lurah mashur sampai sekarang sehingga kuburannya dipelihara dengan baik.

Menururt keterangan bahwa buyut lurah pernah diutus puraga (piket) ke mataram,dan pada jaman sultan agung ia pernah di suruh mengambil air, air tersebut diambil dengan dipikul memakipikulan cerangka rumput. Karena kesaktiannya ia di suruh pulang ke Mandirancan dengan membawa tanda jasa.

Selain Buyut Lurah ada lagi orang yang dianggap kuat diantaranya :

- Buyut sabuk Halu

- Buyut gugur panadah

- Buyut Karti

- Buyut sajidin dll.

Buyut sirnabaya mempunyai seorang gadis yang cantik, dan karena kecantikannya itu ia mempunyai mantu Sultan Cirebon. Di desa Mandirancan di buatnya sebidang kebun yang sampai sekarang disebut kebon Dalem yang terletak disebelah Timur desa, dan sebidang tanah yang dijadikan patamanan dalem seluas 1 Ha, tanah tersebut sampai sekarang disebut “Patoman” yang terletak disebelah Tenggara desa.

Dari pernikahan putri sirnabaya dengan sultan Cirebon tersebut desa Mandirancan menjadi mashur dan mendapat julukan Cirebon tua, dan ada kemungkinan dinamakan Cirebon tua karena saat itu terjadi (ada sebuah nangka) yang masak jatuh ke sebuah sumur, dan nangka tersebut tidak dapat dipotong dengan pisau atau golok. Nangka tersebut oleh para penguasa setepat diserahkan kepada Dalem Cirebon.

Sumur itu disebut sumur kejayaan atau sumur bandung yang sekarang tertutup dengan sebuah batu. Sumur tersebut dapat terbuka dengan sendirinya bagi orang yang kewenean (bahasa sunda). Sumur itu terletak di pinggir sungai cipager.

Pada tahun ± 1961 Batalyon 325 bertugas di desa Mandirancan, pernah ada seorang prajurit berpangkat Kopral namanya itu Bapak Sadja, ia dengan disertai oleh seorang pemuda desa pada suatu malam berkunjung ketempat tersebut, pada malam itu pula ia melihat 3 buah batu ali, diantaranya: merah delima, djamrud dan jaman.

Batu-batu tersebut dengan mudah diangkat dengan maksud tidak akan memilikinya, kalau batu itu ingin dimilikinya, maka batu ali tersebut tidak terangkat. Sebelum batu-batu tersebut terangkat terlebih dahulu muncul godaan-godaan yang bermacam-macam ririwa (memedi dalam bahasa jawa).

Menurut keterangan orang tua bahwa besok lusa desa Mandirancan akan dijadikan tempat kegiatan pemerintahannya. Keterangan tersebut terbukti pada tahun 1941 jaman bala tentara Dai Nipon mendarat, saat itu masyarakat kota Cirebon dipimpin oleh L.B.D mengungsi ke desa Mandirancan, juga terjadinya pemerintahan Inspektur wilayah III Cirebon, jawatan-jawatan perusahaan negara, lembaga Nifo keresidenan Cirebon melakukan kegiatan-kegiatan pemerintahannya di desa Mandirancan selama ± 1 bulan, yaitu pada bulan Oktober-November 1969, ketika adanya Fiel test Gala Yuda Angkatan Darat, dan desa Mandirancan dijadikan daerah pangkalan pemerintahan Inspektur wilayah III Cirebon.

Pada saat itu masyarakat desa ikut aktif melaksanakan “perata” (perang rakyat semesta) yang disaksikan oleh para tamu dari luar dan dalam negeri.

Dengan terbuktinya keterangan-keterangan yang biasa diceritakan oleh orang-orang tua, maka warga masyarakat desa semakin cinta terhadap desa yang merupakan tumpah darahnya.

Karena jasa-jasa buyut Sirnabaya, masyarakat desa membentuk satu kesatuan olah raga dan kesatuan siswa dengan memakai nama sirnabaya, yaitu:

- Olahraga desa Mandirancan “Sirna Baya”

- Ikatan Pelajar Mandirancan “Sirna Baya”

4 komentar:

Hardova sedawa belva mengatakan...

ohhh aku baru tau

Unknown mengatakan...

Iya aku juga baru tahu, bolak balik ke Kuningan lihat plang jalan arah mandirancan...

Unknown mengatakan...

Iya aku juga baru tahu, bolak balik ke Kuningan lihat plang jalan arah mandirancan...

Unknown mengatakan...

Wih desa aku ada di google wkwkwkwk